Friday, July 13, 2012

Ng.. Gagal Lagi?


Terulang lagi,

Kali ini bahkan lebih menyakitkan.

Yaaah, aku mengetik catatan ini setelah melihat pengumuman SNMPTN 2012. Dan nyatanya, “Aku tidak lulus”.

Sebelumnya aku pernah merasakan ini, tahun lalu.

Aku juga tidak lulus SNMPTN 2011. Memalukan, bukan?

Kecewa teramat dalam kurasakan hingga tanpa sadar aku memukul diriku sendiri. Kecewa karena...

Pertama, karena kegagalan ini terlalu nyata membuktikan bahwa aku begitu bodoh.

Kedua, karena kegagalan yang sama, aku mengecewakan ayahku, mengecewakan ibuku lebih dalam.

Ketiga, karena kegagalan ini, aku sadar aku hanya pecundang bodoh yang tidak berguna.

Keempat, dengan kegagalan ini, aku semakin yakin, satu keinginanku yang sejak dulu belum tercapai, takkan mungkin punya kesempatan lagi untuk tercapai sampai kapanpun. Ya, aku hanya ingin, namaku juga tercantum di koran pengumuman sebagai seseorang yang LULUS di sekolah negeri. Itu saja. Miris sekali.

Jujur saja, aku belum pernah merasakan sekolah di sekolah negeri, belum pernah.

Ya, aku terlalu bodoh, tidak pantas.

Hufft, padahal hari ini bertepatan dengan pengumuman adikku di SMA negeri 4. Dan hasilnya, nomor tesnya tercantum di koran pengumuman pagi tadi. Air mata ibuku menetes haru begitupun ayahku. Aku ikut terhanyut dalam diam, menyaksikan moment yang aku idam-idamkan terjadi padaku sejak aku lulus sekolah dasar. Ya, aku iri, aku juga ingin LULUS di sekolah negeri.

Sebelum melihat pengumuman, aku berharap dapat membuat ayah dan ibuku juga bangga padaku. Aku berharap moment tadi pagi terjadi juga malam ini.

Namun sayang, lagi-lagi itu hanya keinginan yang benar-benar telah berubah menjadi mimpi, aku membawa berita buruk.

“ma, pa.. aku tidak lulus lagi.”

Kukatakan dengan berat kalimat menyakitkan itu di depan pintu kamar orangtuaku, kuputuskan untuk memberi tahu mereka secepatnya.

Dengan segera, ibu membuka pintu, saat aku melihat lebih jauh, aku mendapati ayah sedang melihatku, menunggu beberapa kalimat terucap dari bibirku.

“sudahma lihat pengumuman, tidak luluska lagi.” Aku menunduk, malu melihat ke wajah orangtuaku. Karena sadar, aku benar-benar tak berguna. Juga, aku takut melihat kekecewaan yang pasti terpancar dari wajah mereka. Untuk kedua kalinya.

Ayah terdiam beberapa saat.. lalu mengeluarkan suara,
“karena tidak belajarko.” balasnya singkat, tanpa melihat ke arahku lagi.

Aku cukup terkejut, sikapnya jelas berbeda dengan tahun lalu. Sesaat setelah melihat pengumuman dan menangis pilu dipelukan ibu karena tidak lulus SNMPTN 2011, ayah memberiku semangat untuk bangkit.

Yah, wajar sikap ayah berubah, ia mungkin menyadari bahwa aku memang tak bisa diharapkan.

Beberapa hari sebelum tes SNMPTN, aku memang menampakkan sikap yang tak bersungguh-sungguh dalam belajar. Itu karena urusan kuliahku juga di kampusku sekarang. Mungkin karena melihat sikapku ini, ayah jadi kecewa duluan. Ia mungkin sudah memprediksi bahwa aku akan gagal lagi.

Aku ingat, setelah hari pertama tes, ayah menanyakan hasilnya.

“bagaimana ujiannya tadi?”

“soal TPA-nya jauh lebih mudah dari tahun lalu,” aku cukup percaya diri.

Memang benar, soal TPA tahun ini jauh lebih mudah, soal matematika dasar juga lumayan lebih bisa kukerjakan.

“Alhamdulillah, lulus jaki itu, Nak..” ayah menghela nafas lega, ia tersenyum. Aku balas tersenyum dan mengaminkan doanya.

Hari kedua, berita buruk. Ayah kembali menanyakan hasilnya.

“susah pa, rumus-rumusnya sudah banyak yang kulupa, setengah mati kuingat. Hufft..”

“eh? Kenapa bisa? Kau tidak belajar mungkin.”

“belajar, tapi memang soal yang masuk sedikitji yang mirip dengan yang kupelajari.”

Raut wajah ayah kecewa, ia lalu menyuruhku untuk terus berdoa saja.

Dan memang benar kan? sekarang, aku mengecewakan ia lagi.

Saat ini, aku sedang mengurung diri, membaca semua sms yang masuk menanyakan kelulusanku. Kubalas satu per satu, mencoba bersabar mengetik kalimat menyakitkan ini berulang-ulang: “tidak luluska lagi.. ;’(“

Mereka yang bertanya kebanyakan dari teman kelasku di kampus, mereka semua tahu aku tekad untuk tes SNMPTN lagi. Bahkan mereka tahu, aku sangat ingin lulus SNMPTN.

Sejak mereka tahu akan hal itu, tiap hari aku menerima doa “semoga tidak lulus” dari mereka. Sampai suatu hari, aku pernah menangis karena cukup lelah menerima semua doa itu. Namun, aku tahu mereka semua hanya bercanda. karena saat kutanyai mengapa mereka bersikap seperti itu, alasan yang kuterima selalu tidak logis. Apa ini cara mereka untuk bilang bahwa mereka tak ingin kehilanganku? Tidak mungkin, kan? Ha-ha. ==a

Sekarang, tangisku sudah mulai berhenti, hmmm.. hahah yah aku menangis lagi. Tentu saja, aku kehilangan harapanku untuk kuliah di kampus idamanku, bagaimana mungkin tidak menangis? Aku juga menangisi keempat hal yang tadi kusebutkan di atas.

Aku beruntung, hujan di luar sana cukup deras hingga mampu menyembunyikan suara tangisanku dari dalam sini. Di kamarku, sendirian, meratapi layar notebook yang bisu.

Mengetik catatan inipun, aku masih meneteskan beberapa air mata, haha..

Huft, baiklah, aku akan belajar untuk menerima takdir, menerima kenyataan, bahwa hanya kampus ini tempatku. Allah swt mempercayakan kampus hijau ini menjadi pijakanku sementara menuju cita-cita yang telah kugenggam saat ini. Yaah, aku hanya tinggal menjalaninya dengan sungguh-sungguh, aku harus mensyukuri itu.

Beberapa sms balasan dari teman-temanku juga berisi kalimat penyemangat yang cukup membuatku tertegun, yah, aku cukup terharu dibuatnya. Dan sms-sms itu juga menambah kekuatanku untuk tetap optimis di kampus yang sekarang, bersama mereka, teman seperjuanganku.

Ya, sekarang aku benar-benar sudah menjadi bagian dari fakultas yang sedang kujajaki. Maaf, sebelumnya aku belum lapang menerima takdir. Awal menginjakkan kaki di kampusku yang sekarang, aku bertekad hanya datang bertujuan untuk memenuhi kewajibanku sebagai mahasiswi dan sebagai anak yang telah dibiayai dengan pengorbanan orangtuaku, targetku hanya belajar dan belajar untuk membanggakan kedua orangtuaku, tanpa ada rasa minat sedikitpun dengan kampus dan penghuni lainnya. Namun seiring berjalannya waktu, seiring beberapa kejadian yang memaksa untuk kulalui bersama teman angkatanku, aku mulai merasakan ada hal lain yang juga harus kugapai di sini selain prestasi, yaah, menikmati menjadi bagian dari mereka. Aku berharap sekarang, besok dan seterusnya, aku dapat menjalani kehidupanku yang sekarang ini, meraih suksesku di tempat ini bersama 149 orang calon teman sejawatku. Aamiin.

Ayolah, Ai, ikhlaaaaaasss!!! Ganbatte!

Sudah larut, aku harus mempersiapkan diri untuk besok, menghadapi ayahku yang sampai saat ini sepertinya masih kecewa denganku. Hufft.. aku bisa gila, aku tak pernah tak mengecewakan mereka. ;’((

2 comments:

fierdha said...

Jgn patah semangat ai....
:)
semua pasti ada hikmahx...
walaupun swasta tp g kalah bagus kok dari negeri...
buktikan sama ayahmu kalo kamu bisa jd dokter yang hebat...

Unknown said...

hahahah... iya makasiih