“KLIK!”
“huuuhhh berisik!” Ai menekan dengan kuat HPnya yang sejak tadi berdering. Lalu dengan sebisa mungkin ia membuka matanya yang masih terkatup. “HAAA? Jam setengah tujuh!” lekas Ai beranjak dari tidurnya dan melempar gulingan spongebob kesayangannya.
===
“Ai, makan dulu!” panggil Mama Ai sesegera mungkin saat melihat Ai yang mengendap-endap keluar dari pintu rumahnya layaknya pencuri yang hendak kabur.
“hehe… gak usah, Ma. Udah telat nih.” Jawab Ai gelisah dan terus-terusan memandangi jarum sepasang yang terpasang di tangan kanannya.
“Ai!!! Itu baju kamu kok kotor? Belum dicuci yah?” cemas Mama Ai. Beliau sangat detail mengenai pakaian putri kesayangannya ini.
“tidak, hehe.. males, Ma. Toh masih wangi. Haha… daahh, Ma!” Ai melesat pergi dari hadapan Mamanya. Dan Mama Ai hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya dengan pasrah.
===
Ai lega melihat beberapa temannya yang masih santai berjalan memasuki gerbang sekolah. Dengan riang ia berlari-lari kecil sambil bersiul lagu Chaiyya-Chaiyya.
“bruuuukk…”
“haaaduuuuuhh.. sakit woi!” lirih Ai sambil mengusap lengannya.
“ckckc… kau ini! Kalau jalan ya lihat-lihat dong! Bersiul-siul gak jelas gitu.” Bentak cowok jangkung yang juga meringis kesakitan.
“udahlah.. cewek ini juga! Ayo masuk, gak penting banget.” Seru cowok berkacamata yang berdiri disamping cowok jangkung tadi.
“HEEEH!! Kalian! Bantuin dong, sakit nih. Baju gue jadi tambah kotor kan? Ckckck...” teriak Ai kesal.
“apa peduli gue!” jawab cowok jangkung itu lalu berlalu pergi bersama temannya.
“kampreet kalian!” gelombang pasang kini naik turun dalam pikiran Ai. Ia begitu kesal. Seketika dua laki-laki yang diejekin Ai langsung berbalik arah dan berjalan ke cewek berani satu ini dengan memasang tampang songong mereka. Tak lupa dua tanduk telah menancap dari kepala dua cowok songong tersebut.
“apa lu bilang? Cewek sialan lu!” bentak cowok jangkung itu lagi. Telah terlihat jelas tangannya yang ia kepalkan kuat-kuat dan pandangan mata yang seraya ingin membunuh cewek yang baru saja mencari masalah dengannya.
“nih! Pegang tangan gue!” gak disangka, cowok berkacamata tadi mengulurkan tangannya untuk membantu Ai. Raut wajah Ai berubah menjadi senang dan menyambutnya dengan senyuman.
Cowok jangkung itu tak terima dan masih memasang tampang kesalnya. Bahkan setelah Ai pergi, Cowok jangkung ini memasang tampang masam kepada temannya.
“eh eh, Almer, lu kok bantuin dia? Apaan sih lu! Arggh..” cowok jangkung ini geram, ia memonyongkan bibirnya dan berceloteh seperti anak kecil.
“ya udahlah. Kan dah gue bilang, gak usah memperpanjang masalah ini, gak penting banget sob. Cabut deh!” Jelas cowok berkacamata yang disebut-sebut ‘Almer’ oleh cowok jangkung nan songong itu.
===
“ohayouuuu… Ai-chan!! ogenki desuka?” sapa Yuri, sahabat Ai yang berdarah jepang ini dengan riang.
“genki desu. Anatawa? Jawab Ai berlagak mempraktikkan percakapan bahasa Jepang kesukaannya.
“haiii!! Tentu saja. Ai, lu gak lupa kan ini hari apa?” tanya Yuri.
“ng…” Ai berusaha mengingat. Sebenarnya ingatan cewek berkulit hitam manis satu ini sangat payah. Ai terlihat berpikir keras dan….. “ah.. gak ingat! Gomennn.. ><” Ai hanya bisa menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
“jiaahh.. ini kan hari jadi kita! Huuhh..” jawab Yuri kesal sembari memajukan bibirnya yang memang sudah monyong.
“haaaaaah? Apa-apaan? Jadi apa? Hihihi… pacaran maksudmu?” canda Ai puas.
“ihhhh… hoooeekkk bukan dong! Ini hari ulang tahun kita. Hari ulang tahun kita kan sama :)” seru Yuri kembali. “jadi, Ai-chan, lu ada rencana ke mana? Ikut gue yuk bareng pacar baru gue bentar di mall..” sambung Yuri.
“hah? Dapet cowok baru lu? Hebat yah… eh, tapi ditraktir kan gue? haha..” seru Ai sambil ngupil.
“heheh.. gue kan cantik. Iya deh iya.. ih dihh,, jijik banget sih. Jangan ngupil woy.” Yuri tertawa kecil melihat sahabatnya yang memiliki satu hobi yang aneh ini.
“lu mau kan upil gue? Hihih.. nih.. nihh..” goda Ai sambil menyodorkan gumpalan upilnya yang masih basah. Yuri yang terbiasa digodain Ai, dengan sigap menghindar. Dan akhirnya mereka kejar-kejaran.
“buukk..” lagi-lagi Ai bertubrukan dengan seseorang di perbelokan koridor sekolahnya. Ai yang ingin mengejar Yuri tiba-tiba belok menabrak cowok yang sama saat tadi pagi.
“WOII!!! Lu yaaah.. bawa sial lu…” bentak cowok itu kasar. “dihh apaan nih basah-basah di leher gue??” cowok jangkung itu berusaha mencari sesuatu yang menempel di lehernya dengan tampang kesal..
Ai terbelalak melihat cowok jangkung tersebut serta upilnya yang menggantung lekat di leher cowok itu.”hah? aduh gomen gomen gomen..” ucap Ai merasa bersalah.
“hah? Ngomong apaan lu?” jawab cowok itu sambil berusaha berdiri dari tindihan Ai.
“ng.. lu lagi -___- ngapain lu? Ngaca dong lu. Deketin temen gue ya?” ucapan tajam itu benar-benar mengejutkan dan menusuk Ai. Ia mendongak dan mendapati pria berkacamata yang pagi tadi membantunya. “bangun lu. Kampungan tau cara lu!” sambung cowok itu.
HAH! Ai terbelalak dan beranjak bangun. Ia memasang tampang geram pada cowok berkacamata yang menghinanya. Ia memperhatikan cowok itu dan melihat papan nama cowok tersebut. “hmm, Almer. Jadi itu nama cowok menyebalkan ini!” batin Ai dalam hati.
“HEH! Jaga omongan lu. Gak sepantesnya lu ngomong gitu ke cewek yah! Jantan gak sih lu? Maho lu!” ejek Ai. Ai sudah dibuatnya naik pitam.
“apa lu bilang? Cihh…” cowok bernama Almer itu perlahan mendekati Ai yang sedang berkacak pinggang saking kesalnya... cowok jangkung yang sejak tadi memperhatikan mereka segera menahan temannya.
“udah udah, dia cewek kampung sob. Dia mau cari perhatian kita aja, kita kan keren bro.” ucap cowok jangkung trsebut berusaha menenangkan sahabatnya.
Ai kini benar-benar kesal dan coba melirik papan nama cowok jangkung tersebut. “Fadli..”
“heh! Jangan kepedean lu pada! Amit-amit yah cari perhatian lu berdua. Dan sekali lagi jaga omongan lu.” Bentak Ai kesal dan berjalan melewati mereka berdua sambil menubrukkan bahunya ke Almer.
“gila tuh cewek. Liar banget! Namanya siapa tuh anak?” ucap Fadli heran.
“haha.. bener. Tapi menantang bro. kalau gak salah liat di papan namanya, Ai deh. Jelek banget gak jelas kan? eh, apaan tu dileher lu? Ada upil! Wkakakaka… upil cewek itu kali.” Ledek Almer.
“hah? Siall.. hiiiyyy…” Fadli mencoba menggerak-gerakkan lehernya agar upil itu tak berlama-lama menempel di sana.
===
“happy birthday sayang... :)” ucap kekasih Yuri kepada Yuri yang lagi duduk disamping Ai.
“iya.. makasih sayang..” balas Yuri. Kekasih Yuri tersebut langsung nyongsor bibirnya ke pipi Yuri dan mencium Yuri. Ai memasang tampang gak enak.
“nih cowok gila aja. Berani banget nyium sobat gue. Wah, nih cowok playboy nih.” Batin Ai dalam hati. “Yuri, lu gue tinggal dulu yah. Gue mau jalan-jalan sendirian.” Izin Ai kepada Yuri yang lagi kesanjung dipuji-puji oleh pacar barunya.
“eh, gak apa-apa? Jangan dongg.” cegat Yuri merasa tidak enak karena telah melupakan kehadiran sahabatnya itu.
“gak lah. Ya udah deh. :) daaahh.. gue mau ke gramedia nyari komik.” Ai bergegas meninggalkan mereka berdua. Ai merasa muak berada diantara mereka. Menyaksikan kemesraan mereka. Bukan, Ai bukannya cemburu pada Yuri, hanya saja cewek berani satu ini merasa kekasih baru Yuri hanya ingin mempermainkan sahabatnya.
===
“Conan, Conan, Conan.. NAH! Dapet!” raut wajah Ai jadi bersemangat dan segera mengambil komik yang baru saja ditangkap oleh matanya. Setelah mengambil beberapa komik dan novel kesukaannya, dengan senang hati Ai berjalan menuju kasir.
“hadeh, antri toh. Ckckck..” Ai berjalan malas menuju antrian paling belakang sambil mengupil. Mengupil memang hobi Ai. Sepanjang antrian Ai hanya terpatung membaca synopsis novel yang ingin dibelinya dan tentu saja sambil mengupil.
“hahah…. Eh lu gak jadi ambil komik yang tadi? Haha..” suara berat itu samar terdengar dari telinga Ai.
“gak gak ah,, males gue. Bacaannya membosankan. Conan memang membosankan.” balas temannya dengan tampang menyepelehkan.
“enak saja membosankan! Haha…”
Ai kaget mendengar nama ‘Conan’ dibilang membosankan oleh cowok yang sedang bercakap dibelakangnya sambil mengambil barisan antrian. Ai berbalik dan terkejut melihat kedua cowok itu. Sebisa mungkin, Ai membalikkan badannya dan berusaha menutupi wajahnya dengan buku-buku yang digenggamnya. “sial, mereka lagi! Cowok gak sopan itu lagi.” batin Ai dalam hati.
“eh eh, lama nih antriannya, balik yuk.. lu gak usah beli tuh buku. Lain waktu aja.” Ucap cowok yang bernama Fadli itu.
“hah? Enak aje lu. Nih komik Conan sebelumnya seru banget, gue penasaran dengan kelanjutannya. Lu duluan aja dah, urusan kita kan dah beres di sini. Lu boleh balik.” Jelas sahabatnya, Almer.
“gak apa-apa nih?” tampang Fadli jadi gak enak.
“yoiii.. santai aja bro.” Jawab Almer biasa. Almer memang sudah biasa untuk membeli buku sendirian, dan ia menikmatinya. Cowok berkacamata satu ini memang suka sekali membaca buku, segala jenis buku sudah ia baca.
===
“woi mbak maju dong.” Seru Almer yang mulai bosan menunggu antrian yang tidak kelar-kelar. Ia sudah tak sabar ingin membuka plastic yang membungkus komik kesukaannya itu, Conan.
“eh, eh iya mas. Tunggu..” jawab Ai terkejut tanpa menoleh. Ia masih berusaha menutupi wajahnya.
“ng, mbak, suka Conan juga yah?” Almer yang melihat cewek di depannya menggenggam komik Conan mencoba memulai pembicaraan. Cewek itu tidak menjawab.
“wah, mbak sombong nih.” Ucap Almer dengan berani menyolek-nyolek pundak cewek yang mengacuhkannya itu dengan maksud agar cewek ini berbalik dan meresponnya.
Karena tidak tahan, Ai pun dengan berat hati berbalik menghadap ke Almer. “IYA! Gue suka!” jawab Ai sedikit kesal. lalu berbalik kembali. Ai tak menyangka ia bisa seberani itu berbicara pada cowok songong yang baru dikenalnya pagi tadi. Padahal ia sudah bersumpah tak ingin cari masalah dengan cowok-cowok yang merusak moodnya.
Almer sontak terkejut. Ia tak menyangka bertemu Ai, cewek yang membuatnya kesal sedari pagi. Dan semakin tak menyangka saat tahu bahwa cewek itu juga suka Conan. Ia hanya mematung tak percaya.
Setelah antri cukup lama, Ai segera pergi dari toko buku tersebut. Ia berjalan cepat menuju es teler 77, tempat nongkrong kesukaannya. Tak disangka, Almer mengikutinya.
“mbak, es teler satu.” Pesan Ai. Ai lalu duduk dan membuka plastik yang membungkus komik Conan kesukaannya. Ia sungguh berdebar-debar ingin membaca kelanjutan ceritanya.
“gue boleh gabung gak?” suara yang tak asing bagi Ai mengejutkannya. Ai terdongak dan mendapati cowok berkacamata itu membawa segelas es teler yang juga dipesannya.
“ng.. gak bisa. Lu cari tempat lain aja.” Jawab Ai jutek sambil membaca komik yang dipasang sengaja tepat di depan wajahnya agar tak melihat wajah Almer..
“tega baget sih lu. Gue minta maaf deh” ucap Almer sambil menaruh gelasnya dan duduk di hadapan Ai.
“eh eh.. siapa bilang lu boleh duduk di sini? Pergi lu!” bentak Ai kesal tanpa melihat wajah cowok yang berusaha mengajaknya berbicara. Ai merasa cowok ini membuatnya sial, saking bencinya.
“haduh maafin gue.” Suara Almer menjadi berat dan merasa bersalah. Ia menarik komik yang dibaca Ai yang sengaja dipasang seolah untuk mnutupi wajahnya. “lu suka Conan yah. Gue juga loh..” sambung Almer berusaha tersenyum. Namun Ai masih memasang tampang cemberutnya.
“sok akrab lu..” ketus Ai.
“udahlah, gue bener-bener minta maaf!” ucap Almer lagi karena melihat respon kesal cewek yang enggan memandangnya. Karena merasa lucu melihat tampang cemberut cewek menyebalkan ini, Almer lalu mengacak-acak rambut cewek itu sambil tersenyum.
Sontak Ai kaget dan marah. “lu berani yah sentuh gue!” bentak Ai sembari menghindar dari usapan tangan cowok berkacamata nan songong itu.
“loh? Gak boleh yah?” balas Almer sembari menopangkan dagunya dan mendekatkan wajahnya ke wajah Ai. Pipi Ai seketika memerah. “lu gak suka yah?” sambungnya menggoda Ai.
“eh lu! Apaan? Lu kira gue cewek murahan ya? maho lu!” ejek Ai kesal dan berusaha memalingkan pandangannya.
“gue tahu kok, lu suka kan sama gue?” dengan percaya dirinya, Almer melontarkan pertanyaan itu. cowok satu ini memang sedikit pandai merayu cewek yang ia minati. Dan tidak sedikit yang berhasil kelepek-kelepek olehnya.
“dih.. amit deh. Nih makan upil gue!” balas Ai sambil menyodorkan upilnya.
“hiiiyyy…. Dasar cewek upil!” hindar Almer.
“makanya jangan macem-macem lu! Udah ah, gue mau balik! Huuu…” kesal Ai. “mbak, es nya dibayarin sama temanku ini!” teriak Ai ke kasir es teler 77. Lalu berlari-lari kecil, ia pergi menghilang dari hadapan Almer. Sambil tertawa. Ya, dia senang. “Almer lucu juga. Hhaa..”
“HEH?” Almer hanya mematung. Baru kali ini ia gagal merayu cewek dengan senyuman mautnya.
===
“beri tepuk tangan kepada siswa kita yang satu ini! Ia berhasil menjuarai olimpiade sains Fisika Nasional (OSN) baru-baru ini…. Almer Hermansyah… kelas XI Ipa 1. Silahkan maju ke depan untuk menerima piala dari kepala sekolah sebagai penghargaan atas jasanya mengharumkan nama sekolah ini.” Sorakan tepuk tangan bergemuruh pagi itu. Sosok cowok yang namanya disebut-sebut itupun berjalan ke depan. Ai yang berada barisan paling depan murid kelas X terpana olehnya.
“HAH? Fisika? Sugoiiii…” teriak Yuri kagum. Ai dapat mendengar decakan kagum beberapa temannya kepada kakak kelas mereka yang satu ini.
“apakah dia sehebat itu?” batin Ai. “tapi, dengan dia yang berkacamata dan suka komik yang menguras otak, kurasa memang benar.” Kagum Ai dalam hati. Ai kembali memutar otak. Seminggu yang lalu, cowok yang dibanggakan sekolahnya itu berusaha meminta maaf padanya. Ai tersenyum puas.
“terimakasih kepada Tuhan yang menganugerahkan semua ini untukku. Dan untuk orang-orang yang membimbingku mendalami ilmu fisika, kesukaanku. Terimakasih!” suara berat itu membuyarkan lamunan Ai tentang seminggu yang lalu.
Perasaan benci cewek yang berada pada barisan depan ini seketika menjadi sebuah kekaguman. Ia memandangi pria itu lekat. “cowok itu… andai gue tahu dia jago fisika dari dulu, gue suruh diajarin..” batinnya dalam hati. Ia lalu menggeleng-gelengkan kepalanya dan tertawa kecil karena telah memikirkan hal konyol tentang cowok berkacamata itu.
===
“Ai…. Ke kantin yuuukkk. Gue mau makan nih! Temenin..” rengek Yuri manja. Ai hanya meresponnya dengan malas bahkan ia menguap berkali-kali.
“haaaaahh… Yuri, gue mau ke perpustakaan nih. Bentar lagi ujian fisika, kemarin belum maksimal nih belajarnya.. gomenn.” Ai memasang tampang merasa bersalahnya karena tak bisa menuruti pinta sahabatnya, Yuri. Ia berlalu begitu saja meninggalkan sahabatnya yang memasang tampang tak puas.
“heh? Almer.. haduuh kok dia di sini sih? haduh…” Ai mengurungkan niatnya untuk memasuki perpustakaan. Ia perlahan mundur tanpa meninggalkan suara.
“Ai… masuk yuk!” suara cempreng bak speaker ibu piket perpustakaan mengagetkan Ai. Guru itu sangat senang dengan kedatangan Ai. Maklum saja, Ai tipe anak yang periang menurut guru lembut satu ini. Ia selalu tertawa karena ulah konyol yang dilakukan Ai.
“ng.. nggak jadi bu. Mau ke toilet dulu.. heehe..” pergi ke toilet memang alasan yang tepat untuk Ai saat ini. Ai merasa sudah sangat malu. Ia cemas, kakak kelasnya melihat tingkahnya. Ai segera saja mengambil kembali sepatu yang telah ia simpan tadi di rak sewaktu hendak masuk ke perpustakaan. Guru ini memasang perasaan kecewa dan kembali masuk ke perpustakaan.
“fuuhhh…” setelah memasang sepatunya, Ai beranjak bangun dari tempatnya. Ia mengambil buku fisikanya yang sejak tadi belum ia pelajari.
“kenapa menghindar cewek upil?” suara setengah tertawa itu terdengar berat dari punggung Ai dan semakin mendekat dengan telinga Ai. Ai menarik napas yang panjang dan berbalik 180 derajat dengan tenang.
Sudah ia duga, cowok berkacamata bersama sahabatnya yang jangkung itu telah berdiri tepat dihadapannya. Kedua pria itu tersenyum kecil terhadapnya.
“ng… fisika? Mau belajar fisika yah?” cowok berkacamata itu memulai pembicaraan setelah melihat buku pelajaran fisika kelas X yang digenggam cewek yang saat ini sudah sangat malu hingga tak berani memandangnya.
“hooo… anak kelas X toh. Tapi lagaknya seminggu yang lalu, sok banget lah. Cewek kampung.” Cowok jangkung bernama Fadli itu memancing emosinya kembali.
“maaf kak. Gak maksud..” Ai membela diri. “seminggu yang lalu itu, kakak yang keterlaluan, jadi saya berani.” Sambung Ai yang tiba-tiba gugup.
Cowok berkacamata itu mendekati Ai yang tertunduk malu. Tangan kanannya mendarat di dagu Ai. Ia mendongakkan wajah Ai. Sontak Ai terkejut dan semakin malu. Perasaannya seketika berdebar-debar. Ia hanya mengikuti perintah tangan kanan cowok yang saat ini berdiri tepat dihadapannya.
“lu, cewek kampung, jangan harap kita-kita mau maafin lu. Yah kalau mau, lu harus ngikutin perintah kita.” Kalimat itu terlontar dari bibir cowok songong ini. Ai terkejut, telinganya panas mendengar perkataan cowok itu.
“apa?” balas Ai dengan nada menantang. Ia melototi cowok yang sedang memegang dagunya dan menantang keberaniannya. Cowok itu menyunggingkan senyum mautnya. Lagi-lagi, Ai berdebar.
“lu nyatain cinta ke kita berdua besok, di lapangan pas istirahat. Hahaha…” kalimat itu dengan lantang terlontar dari bibir cowok itu.
“apa untungnya??” Karena tak tahan, Ai menghentakkan tangan cowok tersebut dan menghajarnya dengan buku fisika yang cukup tebal yang sejak tadi ia genggam. Lalu melesat pergi ke toilet. Ai tidak tahan lagi, matanya panas, hatinya panas. Ia geram.
“anak itu! harus diberi pelajaran. Kita gangguin dia besok.” ketus Almer yang yang meringis kesakitan karena ditimpuk buku yang cukup tebal. Fadli hanya meresponnya dengan tawa.
“haha.. lu sih, berlebihan. Dia kan anak kecil bro. jangan jadiin korban lu selanjutnya. Playboy lu.” Celetuk Fadli sembari mendaratkan tangannya ke kepala sahabatnya yang meringis kesakitan itu. Sesekali, Fadli memandangi jalan yang Ai lewati tadi sambil berlari. Raut wajahnya berubah. Ia merasa tidak tega. “sob, lupain masalah kita lah sama tuh anak. Dia cewek bro.” saran Fadli.
“enak aja! Tunggu sampai gue buat dia malu.”
===
“kejam, tidak sopan!” Ai berteriak kesal di dalam toilet sekolah. Ia geram. Ia memukul-mukul dagunya, menggigit bibir bawahnya dengan penuh benci. Ia tak menduga, mengapa ia bisa berdebar saat tangan cowok berkacamata itu menyentuh dagunya. Ia takut ia jatuh cinta pada cowok yang juga memiliki kesukaan yang sama dengannya.
===
Ai masih kelihatan termenung, padahal bel pulang sudah berbunyi. Sedikit demi sedikit penghuni ruang kelasnya meninggalkan sosoknya yang termenung sendirian. Cewek ini masih memikirkan kejadian kemarin di perpustakaan. Kejadian yang membuatnya semakin membenci cowok yang baru dikenalnya itu.
“Ai-chan, lu mau langsung pulang kan?” suara Yuri membuyarkan lamunannya. “barengan yuk.” Sambung cewek ceria satu ini.
“gak.” Jawab Ai singkat. “ng.. gue ada ekskul basket bentar jam setengah tiga.” Sambungnya.
“ah.. Ai, kan masih ada sejam lagi. Pulang aja dulu. Gue anter. Noh sopir gue nunggu.” Yuri berusaha membujuk sehabatnya. Yuri memang terkenal royal di sekolahnya dan sangat memanjakan sahabatnya. Tak heran, banyak yang suka berteman dengannya.
Ai hanya menggelengkan kepalanya pertanda ia menolak. Yuri meresponnya dengan kecewa dan berlalu pergi. Saat menyadari bahwa ia sendirian di kelas sekarang ini, Ai berjalan keluar dengan malasnya menuju perpustakaan. Namun sial, perpustakaan tak menerima kehadirannya. Tentu saja, ini sudah jam pulang, guru penjaga perpustakaan sudah pulang sejak tadi.
Ai mencari tempat yang lebih tenang. Sampailah ia di depan mading. Ia membaca serentetan tulisan dihadapannya. Ia merasa cukup terhibur dengan tulisan-tulisan itu. Senyumnya kembali. Ia lalu melanjutkan bacaannya sambil mengupil, ia ingat, ia belum mengupil sejak pagi.
“gue duluan yah, Al. gue mau siap-siap, bentar lagi gue balik kok.” Suara cempreng itu mengagetkan Ai. Ia menoleh ke belakang, didapatinya dua orang cowok yang sedang bercakap dengan akrabnya. Ai terbelalak. Ia segera membalikkan kepalanya dan melanjutkan bacaannya.
“sial banget gue ketemu mereka terus!” gumam Ai kesal. Ia menutupi wajahnya. Ia berusaha agar Almer yang telah ditinggal pergi oleh Fadli tak mendapatinya.
“ng..?” batin Almer. Ia lalu tersenyum kecil melihat seorang cewek yang berusaha bersembunyi di depan mading. Almer mendekati cewek yang selalu membuatnya kesal. “bodoh!” Almer membisikkan kata itu tepat di telinga Ai. Ai terkejut dan menghindar.
“ng.. ng.. kakak. Maaf kak. Permisi!” Ai berusaha menghindar. Namun gagal, cowok berkacamata dan bertubuh cukup tinggi itu sudah melingkarkan kedua tangannya ke dinding hingga membuat Ai tersandar di dinding tersebut.. kini jarak mereka semakin dekat.
“lu kira, lu segampang itu buat minta maaf? Cium gue sekarang.. haha…” rupanya Almer mencoba merayu Ai. Ai yang sedang naik pitam itu memberontak meski ia tahu saat itu ia masih saja berdebar.
“kak.. apa-apaan nih? Jauh kak! Saya mau ke kelas!” berontak Ai.
“lu kira gue mau apa? Kepedan lu!” Almer membuka lingkar tangannya dari dinding dan mundur beberapa inchi. Ia tersenyum kecil. Membuat Ai sedikit mendengus lega. Kemudian mereka berdua diam. Hening hingga cukup lama.
Ai memberanikan diri meninggalkan cowok berkacamata yang sejak tadi berdiri di hadapannya tanpa bergerak. Hanya memandanginya. Ai merasa malu dipandangi terus menerus hingga memutuskan untuk meninggalkan mading. Saat melewati tubuh cowok berkacamata ini, ia sedikit bersikap sopan, Ai menundukkan kepalanya. Dan…
“sreeettt….” Cowok berkacamata itu menunggu saat-saat seperti ini. Ia menarik lengan Ai hingga Ai jatuh pada pelukannya. “buuuukk..” ia mendekap Ai. Ai terkejut dan tak bisa berbuat apa-apa. Ia memukul dada cowok berkacamata itu dengan maksud menolak namun rupanya ia lemah. Pelukan cowok playboy satu ini semakin erat.
Cowok ini melonggarkan pelukannya, memberikan sedikit ruang untuknya bernapas hingga ia dapat mendengar suara detakan jantung Ai yang tak karuan. Cowok ini tersenyum. Ia menyentuh dagu cewek yang sedang dalam dekapannya ini membuat cewek lemah dan bodoh ini terdongak. Lalu dipandanginya dengan lekat. Ai hanya diam seribu bahasa matanya pun berkaca-kaca. Entah apa yang dirasakannya. Bahagia atau tidak senang?
Tak lama memandangi wajah cewek itu, cowok berkacamata ini mendekatkan wajahnya. Ya, dengan berani ia menyambar kening Ai yang berkeringat karena ketakutan cewek polos satu ini. Ai lemah, ia hanya memejamkan matanya. Ai membalas pelukan cowok ini dan dia merasa telah jatuh cinta padanya. Ai merasakan ada yang berbeda dari pria itu. Dia merasa disayangi oleh pria ini dan merasa bahwa pria ini akan melindunginya selalu.
Tidak lama setelah Al mencium kening Ai, mereka dikagetkan oleh suara mesin motor Fadli. Fadli kembali. Fadli tak menyangka atas apa yang dilihatnya. Ia tak percaya, cewek menyebalkan itu diam saja saat Al mencium keningnya.. Dan Fadli merasa sedikit kecewa. Benar, ia kecewa. Fadli hanya diam mematung melihat mereka.
Seketika, Ai melepas pelukan cowok berkacamata bernama Almer itu. Dan dengan cepat mengelap keningnya lalu ia memandangi Fadli lalu ke Almer berurutan. Ia sangat malu. Matanya berkaca-kaca dan menyesal telah membiarkan semua itu..
“Al.. jadi ini cara lu buat dia malu?? Gak sopan lu! Apa dia mau kalau lu nyium keningnya?” Fadli memulai percakapan sesaat semua hening. Almer hanya diam. “jawab, Al!” Fadli memaksa. “lu kelewatan!” sambungnya.
“gu-gue hanya… HAH! Memang kenapa? Dia sudah buat gue kesal sejak seminggu yang lalu. dia harus membayarnya dengan diam saja saat gue coba deketin dia!” aku Almer. Ai terkejut mendengar pengakuan cowok yang baru saja menciumnya dan memeluknya. “ya! gue permainin dia!” sambung Almer puas. Sontak Ai merasa segalanya hancur, perasaannya hancur. Ia membalas pelukan itu karena ia mencintai Almer namun ternyata ia tak menduga atas apa yang baru saja dikatakan cowok berkacamata itu.
Ai tidak tahan lagi, ia berlari sekuat mungkin meninggalkan dua pria yang mengubah hidupnya. Ia benar-benar merasa bodoh! Ia menangis sekuat mungkin. Butiran Kristal putih itu mengalir deras dari kedua bola matanya yang coklat itu.
“breng-brengsek lu!” Fadli geram. Ia melempar helm yang ia bawa sejak tadi. Berjalan cepat mendekati Almer yang diam mematung. “ka-kau! Sudah kubilang, dia anak kecil!” bentak Fadli. Kesabaran Fadli tak tertahan lagi, tangannya yang sejak tadi ia kepalkan kini mendarat ke pipi sahabatnya. Ia menghajar cowok berkacamata itu tanpa ampun.
“ukkh… maafin gue, sob. Gu-gue gak mungkin nyium dia kalau gue gak suka. Gue… okay. Gue suka sama dia!” sela Almer yang hampir babak belur dihajar oleh Fadli.
“terlambat! Dia buat gue! Lu gak pantes untuk dia! Ngerti lu?” kalimat itu terlontar dari bibir Fadli tanpa ia sadari. Fadli segera beranjak pergi mengejar cewek yang benar-benar merasakan malu yang amat luar biasa. Cowok berkacamata itu hanya diam meringis dan menyesali perbuatannya.
===
“dek..” Fadli mendekati Ai. Cewek ini rupanya bersembunyi di kelasnya. Ai menyembunyikan wajahnya dengan kedua tangannya. Ia menyembunyikan suara tangisannya.
“maafin kita, Ai. Juga maafin sobat gue. Gak seharusnya gue diemin dia. Lupain semuanya, Ai. Gue bakal menebus semuanya.” Ucap Fadli berat. Ia merasa sangat bersalah. Ai hanya menangis, ia tak tahu harus menjawab apa. Hening.
“kak.. kakaaak… jangan membantuku karena kasihan! Aku tidak butuh.” Ai tidak tahan lagi. Ia menangis seperti anak kecil, ia beradu pada sosok cowok jangkung di sebelahnya. Sejak dulu, Fadli tak pernah bisa melihat seorang cewek menangis di dekatnya. Fadli memberanikan diri menarik kepala Ai dengan pelan, bermaksud menyandarkannya ke tubuhnya yang jangkung itu. Fadli mengusap rambut cewek itu dengan lembut dan sesekali menepuk pundaknya dengan pelan.
“gue gak seperti dia, Ai. Gue sayang sama lu. Gue kasar sama lu karena gue mau nyari perhatian lu. Itu aja. Maafin gue dek. Gue bakal lindungin lu.”
“kak, gue ini gak tahu apa-apa. Gue gak ngerti ketulusan seseorang. Bantu gue kak, gue butuh kakak buat bantu gue melihat ketulusan itu.” tangisan Ai semakin deras. Ai memeluk Fadli dengan erat. Ia merasa bahwa ia lebih tenang dalam pelukan itu. Fadli hanya mengangguk pelan. Lagi-lagi hening.
“Fadli! Dia milik gue! Gue sayang dia!” suara berat cowok berkacamata yang setengah babak belur itu mengagetkan mereka berdua yang sedang tenggelam dalam keheningan.
Ai dan Fadli mendongak. Ai memberanikan untuk berdiri tepat dihadapan cowok berkacamata itu saat perasaannya sedikit tenang karena Fadli.
“pergi kak! Pergi lu!” bentak Ai terisak. “lu tahu? Lu tiba-tiba meluk gue lalu cium kening gue, bukanlah cara yang tepat untuk menunjukkan bahwa lu sayang sama gue.” Jelas Ai. Cowok yang berdiri dihadapannya hanya dapat terdiam. Ia benar-benar menyesal. Dia hanya mengikuti setan yang membujuknya saat melihat cewek yang dia sayang telah dalam pelukannya.
Ai lantas meraih tasnya dan membatalkan niatnya untuk mengikuti ekskul basket sore itu. Ia berlari. Ia pergi meninggalkan dua cowok yang telah memulai kegalauan dalam hidupnya. Ia menyalahkan dan menyesalkan waktu-waktu yang telah berlalu. Ia menyesal telah menabrak si jangkung, Fadli. Ia menyesal bertemu dengan cowok berkacamata itu di gramedia, ia menyesal sempat mengagumi cowok cerdas itu, dan ia menyesal atas kejadian itu.
===
Hingga akhirnya Yuri tak mendengar kabar selanjutnya dari Ai. Begitupun dengan Almer. Ya, Ai tiba-tiba menghilang. Menurut ibunya, Ai mengikuti saran ayahnya untuk pindah sekolah ke daerah lain. Daerah yang tak boleh seorangpun tahu. Ai ingin sendiri. Semenjak hari itu, Ai semakin membenci fisika, ia juga ingin membenci komik kesukaannya, Detektif Conan, namun tak sanggup melakukannya. Perlahan, Ai membuang kenangan pahit itu bersama kekasih yang sungguh-sungguh mencintainya. Kekasih yang menerimanya bukan karena kasihan, yaa.. dia adalah Fadli. Bagi Ai, cowok jangkung ini jauh lebih menghargainya sebagai perempuan. Dan hanya Fadli yang tahu di mana keberadaan Ai.
Tweet |
2 comments:
eh? kok endingnya gini?
Emang gini, jelek ya? n.n
Post a Comment