Sunday, January 2, 2011

Masih Terpendam

Kala ini masih terdiam. Tidak kesepian. Bersembunyi dibalik serentetan tawa yg menghias hari. Masih mengamati. Tawa itu bukan yg sebenarnya. Hanya ekspresi tuk melindungi sesuatu. Melindungi sesuatu yg tak ingin dunia tahu.

Saya masih tertawa namun terdiam mengamati. Saya tidak mau dunia tahu saya sdg memerhatikan sesuatu. Sakit sekali memendam ini diam-diam.

Dari kejauhan keadaan msih begini. Memerhatikan dgn teliti, tapi sembunyi. Topengku hebat bs menyembunyikan ini dari sesuatu itu.

Sesuatu itu mungkin sgt berharga. Tak sedetikpun tak memerhatikannya. Jikalau sesuatu itu terpuruk topengku berpura-pura tak peduli. Nyatanya parasku sakit memandanginya. Ingin menghapus keterpurukan yg sesuatu itu rasakan. Lagi-lagi berpura-pura tapi sakit.

3 hal yg tahu ttg ini. Tuhan, dinding-dinding bisu, dan kau yg mengerti arti seuntaian kalimat sblm ini. Ada waktunya Tuhan kan bertindak, dinding-dinding bisu itu kan bersaksi bukan bicara namun lewat hati ke hati, dan kau kan mengerti kelak apa maksudku.

Sama seperti kisah kisah sblmnya, waktu itu tiba krn sesuatu itu menyadari satu hal yg tak sempurna kusembunyikan.

Saat itu tiba, topengku akan robek. Lalu berusaha lari, tidak sembunyi. Percuma sembunyi krn sesuatu berharga itu mulai mengerti betapa berharganya ia dipandanganku. Dunia kan melihat paras asliku yg bodoh krn telah menyembunyikan perhatianku selama ini. Lama.

Saat itu jualah, saat sy menghilang krn berhasil lari dr kenyataan, dinding-dinding itu berlomba tuk mengajukan kesaksian kpd sesuatu yg selama ini msih berharga. Kesaksian bhwa diriku bgtu pduli kpd sesuatu itu. Kesaksian bhwa hatiku pilu saat diam-diam sesuatu itu terluka. Kesaksian bhwa diriku ingin mjdi bagian dr kehidupan sesuatu itu. Meski susah dan duka dialaminya.

Saya msih berlari, berusaha jd yg terasing bagi sesuatu itu. Agar tdk memancarkan sikapku yg bodoh slma ini.

Walaupun, msih berharap sesuatu itu kan mengejarku lalu menerima baik pancaran perhatianku. Menerima rasaku.

Rumit sekali rupanya kisah ttg perasaan yg kupendam. Ketakutan merasuki tubuhku ttg kapan datangnya 'waktu' itu. Namun, seiring ketakutan, ada juga harapan kan berakhir bahagia. Setidaknya penantian yg berujung tidak sia-sia.

"Waktu itu kan datang diawali ketika sesuatu itu menyadari sesuatu yg lain dariku"

saya berharap sesuatu itu kan berangsur menyadari ini krn lelah yg kurasakan hmpir menyeruak ke seluruh ragaku. Hampir tidak sadarkan diri telah memendam ini bertahun-tahun? Oh tidak, ini berlebihan. Tapi mmg begitu nyatanya, mencintainya itu nilai terbesar, kadar berlebih, dan begitu kuat.

Ini adalah cinta yg kupendam dalam hati. Sesekali sesak krn tak tahan. Tapi msih berusaha bersabar dan terdiam, berpura-pura. ^^

"telah lama kupendam, perasaan ituu.. Menunggu hatimu menyambut diriku.. Tak mengapa bagiku mencintaimu pun adalah bahagia untukku, bahagia untukku... KUINGIN KAU TAHU, DIRIKU DI SINI MENANTI DIRIMU meski kutunggu hingga ujung waktuku dan BERHARAP RASA INI KAN ABADI UNTUK SELAMANYA.."

kalau sesuatu itu tak bisa menerima perhatianku yg belakangan ini hanya berpusat padanya, sy kan pergi membawa ini, berharap kan bs melupakan segalanya.

"tapi izinkan aku memeluk dirimu kali ini saja, tuk ucapkan selamat tinggal untuk selamanya.."

meski sebenarnya itu sangat sulit.

0 comments: