Wednesday, August 10, 2011

Takdir

Saya selalu merenungkan apa yg trjadi pd takdirku.

Kenapa saya selalu brakhir sprti ini. Apakah ini benar-benar garis hidupku? Apakah yg salah pada diriku? Kenapa begitu brbeda dr yg lain?

Saya membahas ttg kegagalanku. Saya amat menyesalinya. Sebenarnya sdh terlupakan belakangan ini, tetapi krn suatu hal mengingatkanku kembali.

Saya memikirkan baik-baik kenapa saya bisa gagal? Apa saya terlalu bodoh? Malas? Atau apa?

Oke, saya akan coba mengingat seberapa besar perjuanganku. Di sekolah, saya belajar dgn baik. Mengerjakan tugas dgn rajin, memahami pelajaran dengan baik, hingga beberapa teman menganggap saya bisa diandalkan. Bahkan beberapa dari mereka sering brtanya, "apa yg kau makan Ai? Pintar sekali ko." atau jika guru mengumumkan hanya ada dua orang atau seorang murid yg dpt nilai bagus, mereka ada yg brpendapat, "pasti kau mi itu Ai. Edede...". Nah, anggapan itu amat sgt berharga, kawan. Saya berterimakasih yg sebesar-besarnya. Karena semua itu yg kujadikan motivasi blajar. Membuatku semangat bertahan pd posisiku. Hingga akhirnya, saya bisa mencetak prestasi & bertahan hingga akhir. Bukan brmaksud sombong atau mengumbar-umbar. Saya hanya merasa diperlakukan tdk adil oleh takdir. Saya ingin dunia tahu, saya pantas utk impian saya!

Kemudian, utk hari tertentu sepulang sekolah, saya bimbel dengan giat. Jarang sekali saya izin apalagi membolos (exc: urusan sekolah). Di sana, saya berusaha memahami dgn sungguh-sungguh materinya & menyalin dgn rajin. Pulang bimbelpun sampai selesai magrib, saya tak dijemput. (exc: hujan amat deras). Pulang saya naik angkot dan sendirian. Itupun turun di suatu tempat dekat rumah lalu menunggu jemputan. Tak jarang saya menunggu hingga satu jam. Tak jarang pula sakit kepala saya kambuh. Entah apa penyakit di kepala saya ini. Sesampai di rumah, saya langsung mengatur roster dan pakaian utk besok. Lalu mulai istirahat sebentar dgn ol. Jika sdh baikan, saya mengerjakan tugas. Di kelas XII tugas tak prnh brhenti diberikan. Sibuk bahkan tak jarang saya makan malam skitar jam 00.00-01.00 malam. Ibu dan ayah saya cuman geleng2. Itu kebiasaan baru saya di kelas XII. Kalau tak bimbel, saya pulang cepat, tidur siang dan nonton. Memang pemalas, tapi itu krn malamnya saya sdh jadwalkan takkan menyentuh televisi & tidur larut. Ya, semua itu sekadar utk mengerjakan tugas dan belajar.

Semua yg kulakukan itu hanya berbuah baik di sekolah. Di tempat bimbel, saya merasa mjdi orang terbodoh. Tiap tryout slalu gagal. Meskipun hanya 3 tryout trakhir yg berhasil. Ya, itu juga jd motivasi. Saya terus belajar utk menyaingi nama-nama yg slalu mnduduki score TO tertinggi.

Itu yg kulakukan. Saya sprti gila sendiri krn itu. Tp lihat org lain, mereka cuek saja. Tetap bermain dan menikmati masa-masa akhir sekolah dgn berkumpul, dsb. Saya berusaha tdk terpengaruh.

====

Apa yang terjadi pada takdirku? Saya dipermainkan. Beberapa orang sepertiku dipermainkan oleh pengumuman SNMPTN dan JNS. Orang yg belajar mati-matian & terus berusaha justru dikalahkan begitu saja oleh org yg cuek, nyantai, bahkan orang yg tidak belajar sama sekali. Ini namanya faktor keberuntungan. Teman bimbelku juga berpendapat yang sama, "lebih baik jadi orang beruntung daripada jd orang pintar. Biasa belajarmaki tapi tidak lulus, justru yang main-mainji yang lulus."

Berarti memang KEBERUNTUNGAN tak pernah berpihak padaku. Ya, mulai dari saya daftar masuk SLTPN, SMAN, sampai SNMPTN. -_-

Kulihat dari fakta yg trjadi, teman-temanku yg lulus memang beberapa karena faktor keberuntungan. Juga beberapa karena mereka memang pintar. Jika boleh memilih, saya lebih baik cuek saja sejak awal, main-main, dsb. Toh, ntar juga lulus sendiri. Begitulah fakta yg sering terjadi. Buktinya saja, ada sekitar 154rb org yg dikatakan berprestasi tak lulus SNMPTN.

Saya capek. Perjuangan saya ternilai sia-sia. Orangtua saya kecewa. -_-
Makanya saya buat note ini, saya merasa dipermainkan. Bukan hanya saya saja, ada banyak sih. Salah satunya adalah teman saya masih satu sekolah. Sekarang kami mau berjuang di STAN.

Hmmm, Orangtua dan kakak saya melarangku berpikir buruk tentang takdirku. Well, saya akan coba lagi untuk positive thinking. Lagipula, beberapa kisah nyata banyak seperti yg kualami dan kudengar, endingnya slalu bahagia. So, saya berdoa saja supaya kisah saya juga bakal happy ending. Saya harus lebih ikhtiar dan tetap bersabar, tawakkal. Begitu kan?

Semoga sj saya masih bisa bersemangat seperti dulu lagi. -_-
Tapi sepertinya minat belajarku dalam waktu dekat ini sama sekali tidak ada. Saya terlalu capek dan drop menerima kenyataan. haha -,-

Ayolah, keberuntungan, datanglah padaku. Saya udah males belajar nih. Bukannya kamu biasa datang pada orang yang nyantai sebelum ujian? -o-'
#stres

Tp nggak ah, saya gak tenang jd org sprti itu. Soalnya klo gagal apalagi krn tdk blajar, sy merasa jd org trbodoh. Malu berkali lipat pd kluarga, guru & tmnku. -_- Klo gagal tp sdh bljr, sy lbih bs lapang menerimanya. Huft

0 comments: