Friday, July 22, 2011

Kegagalan Bertubi-tubi. T^T


Hai.. huhu.. Minna-san.. hmm… kali ini saya mau berbagi cerita tentang perjuangan saya yang selalu mengalami kegagalan. Kali aja bisa dijadikan pelajaran buat para readers yang bernasib sama denganku. Hehehe…

Saya, Ainil Maksura seorang remaja labil yang bercita-cita kelak dapat mengenakan jas putih seorang dokter. Yak, saya ingin menjadi seorang dokter. Jika Allah mengizinkan, spesifiknya saya ingin jadi seorang dokter spesialis mata. Kini, saya berada pada titik penentuan masa depan saya. Saya harus bersaing dengan ratusan ribu orang yang juga memiliki cita-cita sepertiku. Sebelum tamat SMA, saya bercita-cita dapat melanjutkan kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM). Saya sangat mengidolakan universitas itu. Saat kesempatan datang pun, saya memberanikan diri untuk memilih UGM meski saya tahu, bahwa mungkin ada ratusan ribu yang juga menargetkan UGM.

Kesempatan yang saya maksud adalah SNMPTN Jalur Undangan. Ya, saat masih duduk di bangku kelas XII SMA, pengadaan jalur undangan itupun diumumkan. Saya menyambutnya dengan sukacita. Karena Alhamdulillah saya termasuk siswa berprestasi di sekolah, saya berkesempatan untuk ikut program baru itu. Saya mulai disibukkan oleh kegiatan daftar online, urus nilai dan semacamnya. Namun, saya tidak menyerah. Saya melakukannya dengan semangat, kerja keras dan terus berusaha. Hingga akhirnya prosedur pendaftaran telah saya penuhi. SNMPTN Jalur Undangan benar-benar kesempatan besar. Jalur tanpa tes dan menawarkan siswa yang memenuhi persyaratan untuk memilih dua universitas negeri dengan maksimal tiga pilihan jurusan di dalamnya. Tentu saja dalam kesempatan ini saya menargetkan UGM: Fak. Pend. Dokter, Fak. Pend. Dokter Gigi, dan Fak. Ilmu Hub. Internasional. Dan UNSRAT: Fak. Pend. Dokter, Fak. Pend. Dokter Gigi dan Fak. Ilmu Keperawatan. Yak, terkesan berani. Nah, tinggal menunggu pengumuman.

Jalur lain yang saya ikuti sementara menunggu pengumuman jalur undangan itu adalah Jalur JPPB Unhas atau jalur bebas tes Unhas. Ya, saya diberi kesempatan untuk ikut jalur ini karena prestasi. Saran saya bagi adik-adik kelas, sebaiknya manfaatkan waktu dengan baik untuk menjadi siswa berprestasi di bidang akademik, sebab itu akan sangat membantu untuk membuka berbagai peluang besar memilih universitas negeri idaman. Hehe.. lanjutt.. nah, JPPB ini, hanya boleh memilih satu prodi saja. Yap, tentu saja saya berniat memilih Fak. Pend. Dokter, akan tetapi, prodi itu telah terlebih dahulu dipilih oleh seorang teman saya. Sedangkan, kata guru pembimbingku, tidak boleh ada prodi yang sama jika kita masih satu sekolah. Yah well, saya mengalah. Saya pun memilih prodi Fak. Pend. Dokter Gigi. Asalkan jadi dokter, heheheh… Saya berusaha seulet mungkin memenuhi prosedur pendaftarannya. Dan pada akhirnya sempurna. Tinggal menunggu pengumuman. Kagetnya, pengumuman jalu ini selisih dua hari dengan pengumuman jalur undangan.

====

Waktunya tiba. Pengumuman Jalur SNMPTN Undangan telah dibuka pukul 20.00 WITA. Setelah Sholat Isya dan minta restu orang tua, saya pun berangkat ke warnet dekat rumah bersama adik saya. mulailah saya menekan nomor id, password dan tanggal lahir saya. Dan muncullah kalimat yang seketika mampu membuatku lemas. Ya, GAGAL. Saya gagal. Berbicara mengenai reaksi saya, jawabannya adalah SHOCK! Adik saya memberi kalimat-kalimat penyemangat saat itu. saya masih menatap layar di hadapan saya itu dengan tatapan nanar. “benarkah?” saya terus menggumamkan kata itu. Air mataku tak tertahankan lagi. Di warnet itulah, di hadapan layar tak berdosa itulah saya mengeluarkan semuanya. Tangisanku, kekecewaanku, aaarrgghh.. semuanyaaa..! Adik saya berhenti berbicara. Ia hanya mampu menatapi kakaknya yang sedang berkutat dengan kedua lututnya yang ia genggami erat. Seperti tak mampu melanjutkan hidup.

Saya pun pulang. Saat sampai di rumah, saya mendapati ibu saya yang sedang Sholat Isya. Saya menatapnya lekat. “mampukah?” saya menggumamkan kata itu. Saya menunggu ibu saya selesai sholat di kamarku. Yaah, saatnya tiba. Ayah dan Ibu saya berkumpul. Tak lupa saudara-saudara saya.

“gagal.. saya tidak lulus, mah, pah..” lalu menangis. Saya menenggelamkan kepalaku di kedua lututku dan menangis sepuanya. Suasana hening seketika.

“betulan tidak lulus?” yah, kalimat itu terlontar bersamaan dari Ibu dan Ayah saya. mereka kenapa bertnya lagi? Bukankah sudah jelas? Saya tak menjawab pertanyaan mereka, masih menangis.

“iyee..” adik saya membuka suara.

Lalu tak lama kurasakan belaian hangat penuh pilu di kepala saya. Yaaah, dia ibuku. Dia menenangkanku. Saya mendongakkan kepalaku, “maaf..” kata yang sangat berat terucapkan. Bahkan terdengar seolah berbisik amat pelan. “kecewaki? :’(” saya mencoba bertanya pada ibu dan ayahku, masih terisak.

“kenapa kecewa? Biasa itu kalau gagal, nak. Tidak usah menangis.” Ayah menjawabku. Beliau menatapku dengan tampang yang diusahakan setegar mungkin. “balleki..” batinku semakin menangis. Ayahku, ia yang paling selalu menyemangatiku. Selalu mendukungku dan sangat bersemangat. Saya mengecewakannya hari itu, mana mungkin saya tidak menangis.

“yang penting sudahmaki berusaha keras toh? Allah pasti melihat kerja kerasta, nak.. sudaahh.. kenapa kecewa, sudah Allah yang tentukan.” ya, itu yang dikatakan sosok ibuku yang lembut. Kata-kata itu membuatku semakin menangis, dengan cepat kupeluk ibuku dengan erat dalam tangisan. Jalur SNMPTN Undangan, you’re not my destiny, goodbye.

====

Yah.. dua hari setelahnya adalah hari pengumuman JPPB. Saya tak berminat ke warnet untuk melihatnya. Kuputuskan mengetahuinya lewat online di ponselku. Saya pun menekannya nomor id, password dan tanggal lahir dengan sedikit gugup, sama seperti detik-detik melihat hasil SNMPTN Undangan. Dan muncullah hasilnyaa… sekali lagi, GAGAL! Saya membulatkan mata, merasa tak percaya ini terulang lagi. Saya coba mengulanginya dan hasilnya tetap sama.. GAGAL. Huwaaa.. saya mendesah nafas sekeras mungkin. Lagi-lagi saya harus membawa berita buruk ini pada keluargaku. Dan lagi-lagi, mereka tetap tersenyum, memberikan motivasi untukku.

“mungkin memang harus coba SNMPTN, nak..” Ayah angkat bicara disela tangisanku yang dibalas anggukan oleh ibuku.

“iya, belajar maki untuk SNMPTN..” Ibu menyemangatiku lagi. Yaaah.. lagi-lagi, Jalur JPPB UNHAS, you’re not my destiny.

====

Pendaftaran SNMPTN pun tibaaa.. saya mendaftar setelah mendapatkan prediksi passing grade yang akan kucapai nanti (diajarin di tempat bimbel saya). mengapa? Karena jika kita sudah bisa memprediksikan passing grade kita, maka akan lebih mudah untuk kita memilih prodi yang sesuai dengan kemampuan kita. Akhirnya setelah berdiskusi dengan orangtua, saudara dan hati saya, saya pun memilih, Unhas: Fak. Pend. Dokter, Fak. Ilmu Keperawatan, dan Fak. Ilmu Hub. Internasional. Pilihan pertama adalah impian saya, pilihan kedua adalah fakultas yang sesuai dengan prediksi passing grade saya (kemampuan saya) dan pilihan ketiga adalah cadangan. Begitulah cara saya dalam memilih prodi. Saya pun mendaftar dengan semangat dan berusaha dalam menjalani prosedur prndaftaran. Tinggal menunggu hari ujian.

Hari ujian pun tiba. Saya telah belajar mati-matian di bulan-bulan sebelumnya. Dan hari itu saya telah siap mengeluarkan semua kemampuan saya. Lakukan yang terbaik. Sebelum berangkat, hari sedang hujan, kalian tahu? Ayah dan ibu saya sangat memperhatikan saya hari itu. Mulai dari sarapan yang tak biasanya. Saya tahu semua itu untuk saya. Saya sangat terharu. Saat hendak berpamitan pun saya diantar sampai depan pintu. Diperlakukan istimewa, benar! Hal itu semakin memotivasi saya untuk melakukan yang terbaik. Tapi sayang, soal TPA nya tak seperti tahun-tahun sebelumnya. Saya lumayan kewalahan. Lanjut ke soal kemampuan dasarnya, yaah.. suliitt.. tapi tetap optimis! Hari kedua, perlakuan istimewa itu masih berlangsung. Saya semakin terharu. Hari itu soalnya sedikit membuatku sumringah. Yah, lebih baik dari hari pertama. Saya pun pulang ke rumah dan berbagi cerita dengan orang tua yang telah menunggu saya.

Sebelum hari pengumuman, saya mencoba menghitung-hitung passing grade yang akan kuperoleh. Yaa! Mengecewakan. Tidak dapat tembus ke pilihan pertamaku. Saya semakin takut. :( akan tetapi, Alhamdulillah, paasing grade itu dapat tembus di pilihan keduaku. Saya pun meyakinkan diri dapat lulus di pilihan kedua. Hm… pilihan ketiga? Huffft.. nilai kemampuan ips saya sangat menyedihkan. Hahah.. so, no hope.

====

Hari pengumuman tibaaa.. saya mendapat sms dari temanku. Ia menanyakan apakah saya lulus atau tidak. Itu membuatku semakin Doki-doki (deg-degan). Saya berusaha menahan rasa penasaranku, saya coba tenang dengan mendirikan Sholat Isya dulu. Setelah berdoa saya coba membukanya dari ponsel. Namun tidak bisa, sangat sulit. Jaringannya buruk. Saya pun pamit dan minta doa sama keluarga dan orang tua ke warnet untuk melihat hasilnya. Saat itu, saat pergi sendiri. Saya melarang adik saya ikut.

Saya mulai membuka websitenya. Agak kesusahan karena jaringannya yang tidak mendukung. Nah, terbuka! DEG! Saya bisa merasakan degupan jantung saya yang semakin liar. Saya menekan beberapa angka (nomor id, password dan tanggal lahir). Dan muncullahh….

“MAAF.. ANDA BELUM BERHASIL LULUS SNMPTN 2011.” kurang lebih seperti itu kalimatnya. Kacauu.. saya benar-benar kacau detik itu juga. Saya menangis sebisanyaa.. “mengapa?” saya terus mengulangi kata itu. “apakah saya sebodoh itu?” lagi-lagi saya sangat droop.. akhirnya saya pulang dengan keadaan terisak. Tebak! Ibu saya tengah menungguku di tangga. Oh God, can’t YOU see that? Must I tell her? I CAN’T DO IT, GOD. PLEASE..

“bagaimana?” ibu saya membuka pembicaraan. Saya verusaha memsang tampang sekecewa mungkin agar beliau mengerti tanpa kuberitahu. Saya tak sanggup memberitahunya. Namun, rupanya, ibuku tetap ingin mendengar hasilnya dari mulutku.

“Tidak luluska lagi, Maaaaah….” Tangisan saya meledak di tangga. Saya bisa melihat ayah saya yang tengah menatapku dari atas. Kecewa, benar. Saya bisa melihat itu dari raut wajah orang tuaku. Kali ini saya yang mendekatkan diri ke ibuku. Meminta pelukannya, saya ingin didekapnya. Ibu hanya diam, memandangku nanar.

“astagaa.. kenapa bisa?” reaksi ayah tak percaya. “satupun tidak ada diterima?” ibu menambahkan.

“tidak adaaa…” saya berteriak pelan dalam tangisan yang ironi. Saya drop banget.

“belum rejekinya nak.. sudaahh..” ibu berusaha menenangkanku. “astaga.. cobami lagi tahun depan, nak.” DEG! Saya terkejut dengan perkataan ayah barusan. Tahun depan?

“tidak mau, paak.. masa temanku sudah kuliah tapi saya nganggur? Hikss..” saya menolak.

“atau cobami jalur lainnya lagi Unhas. Coba juga di UMI. Kedokteran mo semua ambil, nak.. kalau tidak bisa lagi, mending tahun depan saja. Tidak apa-apa nganggur satu tahun, fokusmi belajar dan berdoa..” ayah memberi sarannya.

“ada, jalur JNS pak di Unhas. Tapi FK-nya 100 juta.” Saya menjawab masih keadaan menangis.

“oh tidak apa-apa. Coba saja. Kalau lulus bisa diatur itu nak. Belajarmi baik-baik..”

“tapi kalau tidak lulusja lagi pak? Hik.. hikss..”

“coba UMI atau tahun depan. Kalau UMI mahal sekali tapi tidak apa-apa. Coba saja dulu.kalau tetap tdak bisa, tahun depan coba lagi. Belajarmi satu tahun ini.”

“huwaaaa… tidak bisaa ka paak.. mauka kuliah kodooong..”

“mau kuliah di mana? Jurusan apa? Tidak ada lagi bagus Kedokterannya-nya universitas lain. Itu Dilla tawwa menganggur satu tahun juga baru akhirnya lulusmi di Kedokteran Unhas. Siapatahu bisaki jga begitu nak..”

“iyee pale.. saya coba dulu ini JNS.” Akhirnya, percakapan kami berakhir. Saya ke kamar dan menenangkan diri.

====

Pendaftaran JNS dibukaa.. saya daftar lagi. Lumayan lancar prosesnya. Tinggal menunggu hari ujian, mari belajarr..!

Hari tes pun tiba. Hanya berlangsung satu hari. Wuooohh.. mata saya terbelalak takjub melihat banyaknya peserta JNS. Setelah goggling ternyata ada 3000-an 2000-3000-an peserta. Yang nembak Fak. Pend. Dokter ada 1140 peserta nah kursi yang diterima tidak sampai seratus orang. Saya telah belajar jadi saya akan melakukan yang terbaik juga. Hmm.. jika dibandingkan dengan soal SNMPTN, soal Kemampuan Ipanya lebih suliiitt… haduuh..

Naahh pengumumannya tiba. Saya mengetik ini setelah tadi pengumumannya. Yap.. saya GAGAL LAGI. Huuuaaaahh.. ini sudah keempat kalinya saya bawa kabar buruk pada orang tua saya. Kecewa lagi deh. Kalan tahu? Rasanya sakiiit bangeet bawa kabar buruk dan melihat reaksi kecewa mereka. Huuufft.. tapi, ya sudahlah. Ini sudah rencana Allah. Saya menangis lagi. Tadi, Ayah dan Ibu menyarankan saya ikut tes UMI.

“ikutmaki di UMI. Apa salahnya dicoba? Tambah pengalaman tes.” Begitu kata Ayah saya. saya hanya bisa menggut-manggut. Terimakasih, kalian masih peduli padaku. :’(

====

Well, berakhirlah curhatan saya.. saya masih harus kuat menjalani semuanya. Memang untuk jadi orang sukses itu jalannya selalu penuh gundukan besar. Saya harus bangkit. TIDAK BOLEH MENANGIS ! TIDAK BOLEH MENYERAH !! SAYA HARUS MENJADI SEORANG DOKTER SEBELUM MENINGGAL !!! ayah, Ibu, Kakak, dan Adikku, saya akan berusaha terus sampai benar-benar tidak bisa bergerak lagi! Ganbatteneeee!!! Doakan saya yang malang dan keras kepala ini yaaahh. ^____^

2 comments:

indri anggana anindita said...

wauw.. ternyata qta seangkatan y? :)

ya.. ya... saya mengerti apa yg kamu rasakan. saya pun merasakan hal yg sama. hanya mungkin saya sedikit lebih beruntung karena dpt d terima d jalur SNMPTN.

jgn menangis. skrg saya brtanya, apa kamu sdh bnar2 berusaha? apa kamu sdh berdoa dgn tulus utk apa yg kamu inginkan? Jika sudah dan kamu masii tidk mendapatkan apa yg kamu mau, percayalah ada hal besar yg sedang menanti kamu. Dan hal itu tidak bisa d dapatkan saat ini juga.

Tuhan selalu memberikan yang terbaik. Percaya deh! :)

*i_ang minoyuki chan*

Unknown said...

hmmm, makasih ya atas supportnya. ini sabgat berharga buat saya :D