Monday, November 29, 2010

Perbedaan Indonesia dan Jepang

ini dia hasil sharing saya dengan seorang guru yang pernah tinggal di Jepang. check this out !



=========
"Apa perbedaan pendidikan di Indonesia dan di Jepang?" Saat di Jepang, saya pernah jadi mahasiswa, dosen, guru sekolah, dan guru bimbel. Perbedaan pendidikan di Indonesia dan di Jepang sangat mencolok.

1. Wajib belajar 12 tahun di Jepang sudah berjalan sejak 1980.

2. Di sekolah dan di kampus tidak pernah ada jam kosong.

3. Harga buku sangat murah, setengah dari harga foto kopi.

4. Setiap sekolah dan kampus sudah memiliki ruang IT (saya alami sejak 1993).

5. Soal tidak pernah berbentuk pilihan ganda (kecuali TOEFL dan Noken).

6. Biaya pendidikan gratis untuk sekolah negeri dari SD hingga SMA.

7. Daya tampung tiap kelas tidak lebih dari 20 siswa.

8. Perpustakaan sangat banyak, mulai dari tingkat sekolah, kecamatan, kab/kota, propinsi, hingga nasional.

9. Satu jam pelajaran = 50 menit lalu istirahat 10 menit.

10. Kurikulum yang lebih cepat.

Jepang terkenal dengan kedisiplinan warga negaranya. Jika dibandingkan dengan kedisiplinan orang Indonesia, ibarat langit dan bumi. Orang Jepang berprinsip, hanya dengan kerja keras dan disiplin yang tinggi mereka bisa maju.

Inilah secuil perbedaan tersebut.

1. Orang Jepang sangat malu membuang sampah sembarangan.

Perilaku 'membuang sampah pada tempatnya' sudah diterapkan sejak usia dini sehingga seiring bertambahnya usia, mereka sudah terbiasa.
Jangan heran jika di Jepang, dari kota hingga desa, sangat bersih. Sungai di Jepang sangat jernih airnya sehingga ikan yang hidup dalam sungaipun nampak dengan jelas.
Bandingkan dengan di Indonesia, jalan kotor, sungai penuh dengan sampah, tempat rekreasi dengan sampah bertebaran, penumpang dengan mobil mewah membuang sampah di jalan tol, dll.

2. Disiplin Lalu Lintas yang tinggi.

Lampu lalu lintas di Jepang hanya berbeda pada warna hijau (di Indonesia) dan biru (di Jepang). Arti warnapun sama, kecuali warna kuning. Jika di Jepang warna kuning artinya kurangi kecepatan untuk siap berhenti, maka di Indonesia artinya tancap gas, nanti keburu merah. (he..he..)
Orang Jepang tidak akan menyebrang selain di jembatan penyebrangan dan zebracross. Orang Indonesia? Kata ABG, mana aja boleh.
Bagaimana dengan pejalan kaki?

Sangat nyaman karena semua jalan di Jepang terdapat trotoar berwarna orange di kedua sisinya dengan pagar pembatas yang memisahkan jalur kendaraan. Trotoar di Jepang cukup lebar karena berfungsi untuk pejalan kaki dan pengendara sepeda. Selain itu, trotoar didesain datar dan rata dengan jalan. Lihatlah trotoar di Indonesia, naik-turun, dipakai untuk jualan, terhalang dengan pohon dan vas bunga, diserobot oleh motor, jadi markas preman dan pengemis, dll.

3. Kejujuran

Berbohong adalah hal yang sangat dibenci orang Jepang. Di Indonesia, berbohong malah diembeli dengan kata 'demi Allah'.
Selain itu, orang Jepang tidak berani mengambil barang yang bukan miliknya. Makanya, jangan heran jika anda ketinggalan barang di suatu tempat dan anda kembali ke tempat itu, barang tersebut masih ada.
Saya punya pengalaman saat mendampingi teman wartawan Indonesia ketika meliput Asian Games Hiroshima 1994. Saking asyiknya ngobrol di kereta, teman saya ketinggalan kamera yang harganya mahal. Kami baru sadar setelah sampai di hotel. Segera saya telpon Keio Lines, perusahaan pengelolah kereta yang kami naiki. Dengan hanya menyebut jam keberangkatan, stasiun pemberangkatan, urutan gerbong, alamat kami, dan jenis barang yang ketinggalan, maka masalah selesai. Besoknya, petugas Keio Lines mengantarkan kamera tersebut ke hotel secara gratis.

Bagaimana jika hal tersebut terjadi di Indonesia?

4. Disiplin Waktu

Hampir setiap orang Indonesia yang mendapat undangan dari orang Jepang selalu ada notes: maniawasete kudasai atau on time please. Toleransi keterlambatan di Jepang hanya 5 menit dan cukup 2x terjadi. Di luar itu, anda tidak akan dipercaya lagi. Orang Jepang berprinsip, lebih baik menunggu daripada ditunggu. Makanya, jangan heran jika anda punya janji dengan orang Jepang pukul 10.00, maka si orang Jepang sudah datang pukul 09.45.

5. Kriminalitas

Angka kriminal di Jepang sangat rendah sehingga beban kepolisian juga demikian. Setiap kendaraan mematuhi aturan lalu lintas sehingga polisi jarang kita temukan. Para tentara juga lebih banyak nongkrong di barak. Satu pos polisi hanya terdapat dua orang penjaga. Itu juga lebih banyak berfungsi sebagai sumber informasi.
Pernah saya kesasar saat pulang dari rumah teman di kota Akita. Saya lupa jalan menuju stasiun besar Akita. Ketika saya bertanya di pos polisi, saya malah di antar dengan menggunakan sepeda ontelnya. Minta bayaran? Tentu tidak. Mereka malah mengatakan, 'hati-hati dan semoga betah di Jepang'.
Saat saya berangkat kuliah, saya sering lupa mengunci apartemen saya. Tapi, alhamdulillah, saya tidak pernah kehilangan barang.

Itulah secuil kekaguman saya saat hidup di Jepang.

Ada yang ingin menanggapi?

Doozo.

4 comments:

RaMa said...

arigatou gozaimasu bwt infonya. . . ;)

Unknown said...

Doumo.. :)

Anonymous said...

itu semua kesadaran tinggi orang jepang

Unknown said...

jepang itu sedikit jembatan penyeberangan hampir tidak ada sebab mereka disiplin menyeberang dilampu mrh tertib disiplin dan teratur