Holaaa..
Ai kembali dengan sebuah beban baru #eh
Sudah lama ingin cerita, tapi belum sempat menuliskan semuanya.. Saya pusing dan butuh waktu untuk menyusun kalimat-kalimat yang akan minna-san baca di bawah ini *pede banget mau dibaca*
Hmmmm...
Beberapa minggu terakhir ini saya telah bersedia mengibarkan bendera putih padanya yang mengisyaratkan bahwa saya, Ai, telah mati. Bukan ragaku, tapi perasaanku untuknya. Telah mati. Saya menyerah padanya, cinta diam-diam yang sudah lumutan dua tahun lebih ini. Eh? Tiga tahun? Entah. Meski itu salah saya juga yang nekat memulainya.
Setelah ini, saya akan mengubur perasaan bodoh ini, yang cukup mengganggu tapi pernah jadi teristimewa dalam hariku.
Setelah ini lagi, izinkan saya melupakan semuanya dan coba memulai kisah baru dengan orang lain. Meski kelak akan sulit memulainya atau mungkin tidak bisa memulainya, setidaknya saya kan tetap berharap, kisah baru yang datang takkan sebodoh sebelumnya.
Sebenarnya ada dua orang yang berbeda sifat, usia, dan kebiasaannya. Saya menulis note ini karena dua orang itu cukup mengganggu di kepalaku. Ah iya, persamaan mereka ya mereka laki-laki yg bisa bikin saya kagum.
Yang satu, saya merasa sangat enjoy sama dia.
Ngomong blak-blakkan jg rasanya enteng saja. Sikap saya malah makin kekanak-kanakkan kalau sama dia. Jaga image? Gak berlaku jika sama dia.
Saya selalu mau ngobrol sama dia, selalu ingin mendengar tanggapannya. Meski kadang ada keadaan-keadaan, dimana saya juga rada gugup sama dia. Tapi itu jarang.
Selain itu, entah kenapa tiap dia kasi sedikit saja perhatiannya ke saya, tiba-tiba ada perasaan seneng yang gaje juga. Sering ketawa juga karena dia. Kami saling tahu sudah cukup lama, dan makin ke sini makin sering ngobrol bersama karena ada satu dan lain hal.
Orang ini benar-benar berhasil bikin saya betah sama dia. Tapi entah sebaliknya. Haha.
Yang satunya lagi, saya pasti gugup kalau ketemu dia.Apalagi kalau sampai bertemu pandang dengannya.
Saya juga selalu coba untuk jadi sangat pendiam dan kontrol sikap saya (yang biasanya konyol tertawa tiwi sana sini) kalau ada dia. Tapi meskipun gugup, saya selalu senang kalau ada dia di sana. Dimana saya ada.
Salah tingkah? Sangat kuakui, itu terjadi jika dia sedang memperhatikanku.. atau saya sedang kepedean sedang diperhatikan. Meski tampaknya kami tidak akrab, tapi kami saling tahu satu sama lain dengan baik karena sebelumnya sempat dekat karena ada satu dan lain hal.
Dulu sikapku ke dia tidak seperti yang saya sebut diatas. Sama sekali tidak. Dulu, saya, dia, biasa saja. Sangat biasa. Saking biasanya, entah kenapa dulu saya kadang-kadang suka carper aja sama dia. Tapi gak bertahan lama, dia makin jarang muncul. Hubungan kami makin ke sini makin jauh. Dan jujur, saya tidak suka juga dengan kerenggangan ini. Haha.
Kedua orang di atas sama-sama pernah bikin saya penasaran hingga mereka muncul terus dipikiran saya.
Pernah ada satu hari, dimana orang pertama, mendominasi pikiran saya. Entahlah. saya juga bingung. Toh, saya hanya menganggapnya teman sejak awal.
Saya bahkan sering bercerita tentang laki-laki lain padanya. Ini cukup membingungkan.
Entah sejak kapan, saya mulai tidak bisa mengartikan sikapku ke dia, tidak bisa memaknai senyumku terhadapnya, tidak bisa menerjemahkan semuanya.
Pikiranku mengatakan saya masih menyukai si itu, cinta diam-diamku beberapa tahun terakhir. Tapi, kenapa gambaran yg muncul bahkan dalam seharian itu hanyalah orang ini? Laki-laki yg hanya sebatas teman?
Jangan bilang saya mulai menyukainya.
Sejak dulu saya sangat berusaha agar tidak akan pernah ada rasa lebih terhadap teman sendiri. Sahabat jd cinta? Tidak, ini tidak boleh terjadi padaku. Sejak dulu saya mempertahankan pendirian di atas.
Terkait dari itu semua, saya bingung, sebenarnya ada apa dengan saya?
Ai kembali dengan sebuah beban baru #eh
Sudah lama ingin cerita, tapi belum sempat menuliskan semuanya.. Saya pusing dan butuh waktu untuk menyusun kalimat-kalimat yang akan minna-san baca di bawah ini *pede banget mau dibaca*
Hmmmm...
Beberapa minggu terakhir ini saya telah bersedia mengibarkan bendera putih padanya yang mengisyaratkan bahwa saya, Ai, telah mati. Bukan ragaku, tapi perasaanku untuknya. Telah mati. Saya menyerah padanya, cinta diam-diam yang sudah lumutan dua tahun lebih ini. Eh? Tiga tahun? Entah. Meski itu salah saya juga yang nekat memulainya.
Setelah ini, saya akan mengubur perasaan bodoh ini, yang cukup mengganggu tapi pernah jadi teristimewa dalam hariku.
Setelah ini lagi, izinkan saya melupakan semuanya dan coba memulai kisah baru dengan orang lain. Meski kelak akan sulit memulainya atau mungkin tidak bisa memulainya, setidaknya saya kan tetap berharap, kisah baru yang datang takkan sebodoh sebelumnya.
Sebenarnya ada dua orang yang berbeda sifat, usia, dan kebiasaannya. Saya menulis note ini karena dua orang itu cukup mengganggu di kepalaku. Ah iya, persamaan mereka ya mereka laki-laki yg bisa bikin saya kagum.
Yang satu, saya merasa sangat enjoy sama dia.
Ngomong blak-blakkan jg rasanya enteng saja. Sikap saya malah makin kekanak-kanakkan kalau sama dia. Jaga image? Gak berlaku jika sama dia.
Saya selalu mau ngobrol sama dia, selalu ingin mendengar tanggapannya. Meski kadang ada keadaan-keadaan, dimana saya juga rada gugup sama dia. Tapi itu jarang.
Selain itu, entah kenapa tiap dia kasi sedikit saja perhatiannya ke saya, tiba-tiba ada perasaan seneng yang gaje juga. Sering ketawa juga karena dia. Kami saling tahu sudah cukup lama, dan makin ke sini makin sering ngobrol bersama karena ada satu dan lain hal.
Orang ini benar-benar berhasil bikin saya betah sama dia. Tapi entah sebaliknya. Haha.
Yang satunya lagi, saya pasti gugup kalau ketemu dia.Apalagi kalau sampai bertemu pandang dengannya.
Saya juga selalu coba untuk jadi sangat pendiam dan kontrol sikap saya (yang biasanya konyol tertawa tiwi sana sini) kalau ada dia. Tapi meskipun gugup, saya selalu senang kalau ada dia di sana. Dimana saya ada.
Salah tingkah? Sangat kuakui, itu terjadi jika dia sedang memperhatikanku.. atau saya sedang kepedean sedang diperhatikan. Meski tampaknya kami tidak akrab, tapi kami saling tahu satu sama lain dengan baik karena sebelumnya sempat dekat karena ada satu dan lain hal.
Dulu sikapku ke dia tidak seperti yang saya sebut diatas. Sama sekali tidak. Dulu, saya, dia, biasa saja. Sangat biasa. Saking biasanya, entah kenapa dulu saya kadang-kadang suka carper aja sama dia. Tapi gak bertahan lama, dia makin jarang muncul. Hubungan kami makin ke sini makin jauh. Dan jujur, saya tidak suka juga dengan kerenggangan ini. Haha.
Kedua orang di atas sama-sama pernah bikin saya penasaran hingga mereka muncul terus dipikiran saya.
Pernah ada satu hari, dimana orang pertama, mendominasi pikiran saya. Entahlah. saya juga bingung. Toh, saya hanya menganggapnya teman sejak awal.
Saya bahkan sering bercerita tentang laki-laki lain padanya. Ini cukup membingungkan.
Entah sejak kapan, saya mulai tidak bisa mengartikan sikapku ke dia, tidak bisa memaknai senyumku terhadapnya, tidak bisa menerjemahkan semuanya.
Pikiranku mengatakan saya masih menyukai si itu, cinta diam-diamku beberapa tahun terakhir. Tapi, kenapa gambaran yg muncul bahkan dalam seharian itu hanyalah orang ini? Laki-laki yg hanya sebatas teman?
Jangan bilang saya mulai menyukainya.
Sejak dulu saya sangat berusaha agar tidak akan pernah ada rasa lebih terhadap teman sendiri. Sahabat jd cinta? Tidak, ini tidak boleh terjadi padaku. Sejak dulu saya mempertahankan pendirian di atas.
Terkait dari itu semua, saya bingung, sebenarnya ada apa dengan saya?
Tweet |
0 comments:
Post a Comment